Casts :
Choi Jina(G.Na),
Choi Jonghun (FT Island),
Nam Jihyun (4minute),
Park Hyungsik(Ze;a)
Supporting Casts :
Choi Junhee(Juniel),
Lee Hongki (FT Island),
Yoon Doo Joon (Beast),
dan beberapa tambahan casts seiring berjalannya ff ini ^^
Genre : Romance, Comedy
Lenght : Chaptered
Rating : PG-15
a/n : Inspired by Idol & Romantic Season 2, dimana G.Na dan Jonghun sempat menjadi pasangan. Karena kecewa dengan ending-nya, makanya terlahirlah(?) fiction ini. Happy Reading…
*****
Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Jalanan sudah mulai sepi dan lampu-lampu rumah sudah mulai padam. Malam ini terasa sangat sunyi, hanya terdengar suara angin dan beberapa anjing yang melolong. Namun kesunyian itu tidak berlangsung lama sampai akhirnya-
“HEEEEE?? KENCAN BUTAAA?!” jerit seorang yeoja berambut cokelat panjang dengan mata dan mulut yang terbuka lebar. Dalam sekejap tingkah laku Jina—panggil saja namanya— berubah drastis, lebih tepatnya menjadi salah tingkah mendengar ajakan itu. Terlebih lagi, sudah lama ia tidak melakukan hal seperti berkencan atau jalan dengan namja lain berduaan.
“Ne~ Eonni. Kencan buta.. Otte?” sahut Jihyun, sahabat Jina yang 2 tahun lebih muda darinya.
“Ottoke Jihyun-ah…Aku sudah lama tidak berkencan. Ahh..Membayangkannya saja aku sudah sangat malu..” wajah Jina berubah menjadi merah dalam seketika. Gadis itu langsung memegangi kedua pipinya.
“Aiyoo..Dasar Eonni. Diam-diam mendambakan cinta juga rupanya.”ledek Jihyun sambil terkekeh melihat tingkah laku Eonni-nya yang sangat kekanak-kanakan itu.
“Hm..Lalu, lalu? Aku pergi menemuinya sendiri? Dimana? Jam berapa?” Jina langsung menghujaninya dengan pertanyaan. Yah…Setidaknya ia pikir, Jihyun lebih berpengalaman dalam hal ‘berkencan’.
“Eonni bukan anak TK berumur 5 tahun yang kemana-mana harus dianter kaaan?” canda Jihyun. “Besok, di tempat ini jam 5 sore…” tambahnya seraya menyodorkan selembar kertas kearah Jina.
Hening—
Jina hanya memandangi kertas itu. Sebenarnya ia ragu, apakah harus pergi atau tidak. Terlebih lagi, ia harus bertemu dengan ‘pasangan’nya sendirian.
“Pokoknya besok jam 5 sore Eonni ketemu sama orangnya dulu disana. Nanti, aku sama Hyungsikkie menyusul. Kita janjian di kafe atau dimana, ok?” Jihyun beranjak dari kursinya dan mengambil boneka lumba-lumba miliknya yang selalu dibawanya kemana-mana.
“Aku pulang dulu Eon. Jangan lupa besok jam 5..”tambah Jihyun, seraya mengintip dari balik pintu.
“Sepertinya aku tidak bisa tidur malam ini..” gumam Jina pelan.
Setelah Jihyun menghilang dari kamarnya, gadis itu langsung membuka lebar lemari bajunya dan mengambil beberapa pakaian yang akan dipakainya besok.
“What if when I say I love you, you said you hate me? Should I say I like you? Because you’re only one?”
Gadis itu bernyanyi sambil mencocokkan bajunya didepan kaca. Walaupun hari semakin larut, tapi ia masih sangat bersemangat.
*****
“Jeongmal-yo? Gomawo Hyung-nim…” seorang namja dengan wajah sumringah seperti mendengar sesuatu yang sangat bahagia. Namja itu tidak henti-hentinya tersenyum menatap orang yang berada di hadapannya.
“Singkirkan wajah menjijikan itu Hongki-ya. Itu membuatku geli…”
Namja itu menepis wajah Hongki dan duduk di sofa yang ada didekat mereka. Hongki membututinya dan duduk disampingnya.
“Entah bagaimana aku harus berterimakasih padamu hyung-nim. Besok aku ada acara di Namsan dan aku lupa ada janji. Benar tidak apa-apa hyung-nim menggantikanku besok?” ujar Hongki sambil menatap wajah Jonghun.
“Aisssh.. Itu sudah ke-3 kalinya kamu bertanya padaku. Kalau kamu bertanya lagi, aku tidak akan mau menggantikanmu besok.”
“A-Andwe hyung-nim.. Aku benar-benar mati kalau aku tidak menepati janjiku.” Timpal Hongki.
“Ah! Sebagai pengganti diriku, jangan lupa membawakan bunga kesukaannya. Ok? Aku bergantung padamu Hyung-nim..”
“Arasseo..Arasseo. Besok jam 5 sore, kan?” Jonghun memotong ucapan Hongki sebelum namja itu berbicara semakin banyak dan malah membuatnya sakit kepala karena harus mendengar ocehannya yang tidak ada hentinya itu.
“Dan berhentilah memanggilku hyung-nim. Sejak kapan kamu begitu sopan denganku…” tambahnya, sebelum ia memasuki kamarnya.
“Hyung-nim…Jangan lupa..Bawakan bunga..Arasseo?” bisik Hongki dari depan pintu kamar Jonghun.
Jonghun tidak menggubris perkataan Hongki dan langsung memakai headphone-nya mendengarkan beberapa lagu Eric clapton kesukaannya. Namja itu merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Menatap sebuah foto yang berada di samping tempat tidurnya. Setelah menatapnya beberapa lama, ia lalu menaruh foto itu kedalam laci.
*****
Jihyun memainkan bibirnya sambil menatap jam yang berada dihadapannya. Sudah 15 menit gadis itu menunggu. Sesekali ia melirik kearah antrian dan membalas lambaian dari seseorang. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Baru setengah jam yang lalu mereka berpisah, tapi Jina sudah meneleponnya kembali.
“Yeobbosse…”
“A~aaaa..Jihyun-aaaaaaaah.. Ottokeee? Jantungku seakan-akan ingin meledak.” Jerit Jina dari dalam telepon. Jihyun langsung menjauhkan ponsel dari telinganya.
“Eonni-ya, kamu sudah sampai?”tanya Jihyun setelah Jina berhenti dengan kehebohannya.
“Ne~ee.. Tapi aku belum bertemu dengannya. Wajahnya saja aku tidak tahu…” Jawab Jina.
“Ah…Begitu. coba saja eonni cari kira-kira namja yang terlihat sedang menunggu..” ujar Jihyun. “Eonni, aku masih dijalan. Nanti aku telepon kalo sudah sampai di tempat perjanjian. Pokoknya Eonni bersenang-senang saja dulu. Arasseo?” Jihyun cepat-cepat menutup teleponnya ketika melihat seseorang yang ditunggunya sedang berjalan kearahnya dengan dua gelas kopi ditangannya.
“Gomawo Hyungsikkie…”ucap Jihyun serasa mengambil segelas kopi dari tangan Hyungsik. Namja itu tersenyum kearahnya.
“Bagaimana Jina nuuna?Apa sudah bertemu dengan DooJoon hyung?”tanya Hyungsik sambil menarik kursi di samping Jihyun dan meminum kopinya.
“Hmm..Seharusnya mereka sudah bertemu sekarang.”sahut Jihyun.
“Aku tidak bisa membayangkan wajah Jina nuuna sekarang. Pasti dia sangat gugup. Ingat terakhir kali kita mempertemukannya dengan Junhyung hyung? Dia tidak berhenti memegangi pipinya.”kata Hyungsik sambil tertawa kecil.
Jihyun meneguk kopinya dan memandang wajah Hyungsik yang terlihat sangat senang.
“Benar juga. Bagaimana kalau kita bertemu mereka sekarang? Sebenarnya Jina nuuna meminta ku menemaninya berkencan. Yang benar saja masa aku disuruh nontonin orang pacaran.” ujar Jihyun.
“Sepertinya menarik. Dimana kamu berencana bertemu mereka, nuuna?”sahut Hyungsik.
*****
“Jadi aku harus naik keatas untuk bertemu orang itu?”
Jina tidak henti-hentinya berbicara dengan dirinya sendiri. Sesekali ia melihat bayangan dirinya di cermin dan merapihkan dandanannya. Setelah menarik napas panjang, akhirnya ia memutuskan untuk menemui sang ‘pangeran’ diatas sana.
“Sepertinya aku salah pakai sepatu..”gumam Jina. Ia merasakan kakinya mulai sakit ketika sedang menaiki tangga. Gadis itu memaksakan kakinya dan tetap naik keatas.
“I think this will be an okay fate..do you feel what I feel too..I feel like you know me already… Nananana…”Jina mencoba bernyanyi untuk menghilangkan rasa gugupnya. Ia bahkan lupa rasa sakit kakinya karena ia bertambah gugup sekarang. Ia sudah hampir sampai di puncak.
Seorang namja dengan sebuket bunga mawar merah ditangan adalah pemandangan pertama yang di lihat Jina sesampainya di puncak. Gadis itu langsung melangkahkan kakinya kearah orang itu walaupun ia tidak yakin kalau benar itu orangnya.
“hum…” Jina memulai pembicaraan. Namja itu menoleh kearahnya.
“Ah..Kau sudah datang. Aku sudah lama menunggu…” sambutnya sambil tersenyum. Jina membalas senyumnya.setidaknya ia sudah bisa bernapas lega karena sudah bertemu dengan orang itu sekarang.
“Gomawo…” ucap Jina, wajahnya bersemu merah ketika namja itu memberikan bunga-bunga itu kepadanya. “Sebenarnya kamu tidak perlu repot membawakanku bunga segala…”
“Tidak apa-apa. Hongki berpesan padaku supaya memberikan ini padamu supaya kamu tidak marah padanya…”sahutnya santai.
“Ah…Begitu..”ucap Jina. Dalam pikirannya bertanya-tanya siapa itu Hongki? Apa ia pernah mendengar nama itu sebelumnya?.
“Sebelum mengantarmu pulang, hmm…bagaimana kalau kita makan dulu? Jujur saja aku belum makan hari ini karena ada pekerjaan di kafe Deja Vu tadi pagi..”ajaknya seraya menarik tangan Jina ke sebuah restoran yang berada di ujung jalan.
“Maaf tapi aku belum tahu namamu…” ucap Jina ragu-ragu. Ia memang belum sempat menanyakan nama orang itu, terlebih lagi Jihyun juga tidak memberin tahu sama sekali info mengenai orang yang akan ditemuinya sore ini.
“Oh benar juga. Ini pertama kalinya kita bertemu. Aku Jonghun..Choi Jonghun.”timpal namja itu sambil mengulurkan tangannya.
“Ah..Jonghun-ssi. Namaku Choi Jina…” Jina membalas uluran tangannya.
“Nah..Jina-ssi, bagaimana kalau kita makan sekarang?”tanya Jonghun, Jina mengangguk setuju. Kakinya masih terasa sakit untuk berdiri atau berjalan. Setidaknya sekarang ia bisa mengistirahatkan kakinya sebentar. Mereka akhirnya memasuki sebuah restoran yang cukup ramai. Kebanyakan pengunjung restoran itu adalah pasangan. Tidak heran, mereka bertemu di tempat cukup tenar untuk berkencan. Jonghun celingukan mencari kursi untuk mereka. Ia menarik tangan Jina ketika melihat sebuah bangku kosong di pojok restoran.
“Ah..Untung masih dapat tempat.”ucap Jonghun lega sambil menarik kursi yang berseberangan dengan Jina. Gadis itu hanya tersenyum menatap Jonghun.
Seorang pelayan datang menghampiri mereka dan mengisi gelas mereka dengan air dan menawarkan pesanan.
“Jina-ssi. Mau pesan apa?”tanya Jonghun. Jina tersadar dari lamunannya.
“Terserah kamu saja. Aku makan apapun..”jawab Jina.
“Aku pergi ke kamar mandi sebentar.. Tolong pesankan punyaku ya…” tambahnya lalu beranjak dari kursinya dan mencari-cari kamar mandi.
“Jina pabo! Mengapa kamu malah diam seribu bahasa didepannya? Bukankah kamu sudah berlatih semalaman?”
Jina langsung meledak ketika ia masuk kedalam kamar mandi. Beberapa orang yang ada di toilet melihatnya dengan tatapan heran dan aneh. Iapun merasa malu dan berpura-pura mencuci tangannya di wastafel. Ia menarik napas panjang.
“Yak.. Choi Jina. Ini kesempatan baik bagimu. Ayo berusaha..” gumamnya dalam hati. Iapun berjalan kearah namja yang sudah menunggunya.
“Maaf menunggu lama…”ucap Jina sambil duduk kembali di kursinya.
“Gwenchana..”sahutnya.
Ponsel Jina tiba-tiba berdering. Dia merogoh kantongnya. Rupanya Jihyun yang meneleponnya kali ini.
“Eonni-ya oddisseo? Aku sudah bertemu dengan DooJoon oppa tapi ia malah bilang belum bertemu denganmu?” tanya Jihyun panik dari seberang telepon. Jina terkejut mendengarnya. Jika orang yang dimaksudkan untuk kencan buta dengannya bukan namja yang dihadapannya lalu ia berhadapan dengan siapa? Dan makan malam? Omo! Jina kau benar-benar bodoh!
“Waeyo?Wajahmu terlihat tidak sehat. Apa kamu sakit?”tanya Jonghun penasaran, Jina langsung menutup teleponnya.
“A..Aniyo. aku ada urusan mendadak..Sepertinya aku harus pulang sekarang.”jawab Jina sambil menyambar tas dan berlari keluar.
“Eung? Kenapa gadis itu?”gumam Jonghun bertanya-tanya. “Ah..Dia melupakan ini…”tambahnya kemudian mengambil buket bunga itu dan menyusulnya keluar.
“Aiissh..Jina kamu benar-benar bodooohh!Seharusnya kamu bertanya dulu apa dia orang yang di maksud Jihyun. Bukannya malah langsung terpesona melihat wajahnya. Ack!” heels sepatu Jina patah ketika ia berjalan dengan terburu-buru. Jina duduk di trotoar jalan dan melepas sepatunya.
“Ah..Sejak kapan ini menjadi sangat bengkak?”gerutunya sambil memijat-mijat kakinya.
“Kamu meninggalkan sesuatu…” Jina mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang berbicara dengannya..
“Ah..Jonghun-ssi. Sepertinya bunga itu bukan untukku..”ucap Jina sambil tersenyum kearahnya. “Mian..Aku seharusnya bertanya dulu.” Tambahnya.
“Aniya..Sebenarnya aku sudah mengetahuinya sejak awal. Sebenarnya hari ini aku harus menjemput adikku. Karena seseorang saja aku ada disini.” Timpal Jonghun. “seharusnya aku yang meminta maaf karena aku yang menarikmu duluan..”
Jina terdiam menatap wajah orang itu.
“Sepertinya kamu tidak dapat berjalan dengan kaki seperti itu…Terlebih dengan sepatu seperti itu..”ucap Jonghun sambil menunjuk kearah kaki kiri Jina yang cukup bengkak.
“Yah kurasa aku hanya akan berjalan tanpa sepatu. Lagipula rumahku tidak begitu jauh dari sini.”timpal Jina sambil berusaha berdiri.
“Kamu tahu.. Sepatu merupakan kebanggaan dan harga diri wanita Korea. Bagaimana kamu berjalan seperti itu?”kata Jonghun, menarik tangan Jina dan berdiri disampingnya. “Pakailah…” namja itu membuka sepatu kets-nya dan meletakannya di depan kaki Jina.
“Aniyo..Aku benar tidak apa-apa. Kamu tidak perlu memberikan sepatumu untukku.”tolak Jina.
“Mungkin ini sedikit bau, tapi setidaknya kamu tidak perlu berjalan kaki tanpa alas.”timpal Jonghun. Jina akhirnya memutuskan untuk memakai sepatu nya.
“Gomawo..” ucap Jina pelan. Sekilas ia melihat Jonghun tersenyum kearahnya.
“Apa mau ku beri tumpangan sampai kerumahmu? Sepertinya kakimu semakin membengkak…”
“Ti..tidak perlu..Kamu sudah harus berjalan tanpa alas kaki, aku tidak mau kamu harus memberikanku tumpangan untuk pulang. Rumahku berada di dekat sini…” tolak Jina tegas.
“Ah..Baiklah aku tidak akan memaksa. Malam ini sebenarnya aku ada acara manggung di kafe X. Tapi benar tidak apa-apa kalau kamu tidak kuantar?”
Jina mengangguk mantap.
“Tidak perlu repot-repot mengantarku pulang segala. Kamu bisa terlambat dengan acaramu. Baiklah aku pergi dulu…Terimakasih untuk semuanya.”
“Ne..Hari ini sangat menyenangkan walaupun hanya sebentar…”ujar Jonghun. “Aku harap kita bisa bertemu lagi…”
Wajah Jina langsung berubah menjadi sangat merah. Gadis itu mencoba menyembunyikan wajahnya dan mempercepat langkahnya. Ia menoleh kebelakang. Dilihatnya namja itu sedang tersenyum kearahnya.
“Ah..Hari ini benar-benar panas…”gumam Jina. Rasa sakit di kakinya seakan-akan hilang begitu saja dan ia berjalan dengan semakin cepat.
To Be Continued…
a/n : maaf ya kalo ff-nya masih acak-acakkan. authornya masih newbie jadi masih perlu banyak dukungan, kritik dan saran. don’t be silent reader. leave a comment, juseyo!